Butuh Subsidi Rp 10 Triliun Dorong Masyarakat Beralih dari LPG ke Kompor Listrik


 Wakil Menteri BUMN, Budi Sadikin menyebutkan jika konsumsi energi paling besar ke-3 di Indonesia ada di dalam rumah tangga, atau persisnya sekitar 15 % dari keseluruhan keseluruhnya konsumsi. Minimal, sekarang ini ada 15 juta pemakai kompor gas LPG yang sumber gasnya tidak berada di Tanah Air.

sering kesemutan ini penyebabnya

Dalam rencana peralihan energi, beberapa pemakai kompor gas LPG ini perlu dikasih bantuan berbentuk kompor listrik supaya tidak akan memakai gas LPG yang akan datang.


"Dengan beli kompor listrik dan bagikannya itu ke mereka, jadi subsidinya langsung diberi ke orangnya," kata Wakil Menteri BUMN, Budi Sadikin, dalam Global Energy Transitions and The Implications For Indonesia, Jakarta, Rabu, (9/12).


Langkah ini kata Budi dapat menolong PLN dalam menggerakkan peralihan energi gas LPG ke listrik. Minimal program ini dapat dikerjakan dengan dana Rp10 triliun.


"Bantuan kompor listrik ini kita perlu dana Rp10 triliun," katanya.


Budi yakini langkah ini akan berhasil sebab Indonesia pernah lakukan hal sama. Indonesia pernah menggerakkan warga untuk beralih dari kompor minyak ke kompor gas secara sama.


"Telah ada misalnya, dari kompor minyak tanah ke kompor gas," katanya.


Wakil Menteri Tubuh Usaha Punya Negara (BUMN), Budi Sadikin menjelaskan kesetimbangan pemakaian energi di Indonesia kurang pas. Faktanya, walau Indonesia adalah negara surplus energi semenjak 50 tahun akhir, tetapi sejumlah besar pemakaian energi malah harus import di luar negeri.


"Kita surplus energi dalam 50 tahun akhir, tetapi sayang kita alami ketidaksesuaian energi," kata Budi dalam Global Energy Transitions and The Implications For Indonesia, Jakarta, Rabu, (9/12).


Walau sebenarnya, lanjut Budi, tidak seluruhnya negara di dunia diberkahi surplus energi, selayaknya Indonesia. Tiga sumber energi Indonesia yang melimpah diantaranya batu bara, minyak dan gas.


Tetapi kenyataannya batu bara yang berada di Indonesia di-export keluar negeri. Selanjutnya mengimpor minyak mentah untuk dipakai untuk transportasi dan gas LPG untuk dipakai di bidang rumah tangga.


Budi menjelaskan, konsumsi energi paling besar di Indonesia dipakai untuk transportasi. Seluruh alat transportasi yang dipakai di Indonesia 100 % memakai minyak.


"Ini ada ketidaksesuaian energi. Kita kekurangan minyak, karena itu kita import di luar," katanya.


Konsumsi energi paling besar ke-2 yaitu bidang industri. Pemakaian energi di bidang ini disebutkan jauh lebih bagus sebab pemakaianya capai 29 %. Pemakaian energi di industri berawal dari sumber energi yang berada di Indonesia, tidak seperti bidang transportasi yang memercayakan minyak 100 %.


Elemen pemakaian energi paling besar yang lain konsumsi rumah tangga. Bidang ini memakai 15 % energi yang sama dengan 1.000 barel minyak. Sayang dari jumlah itu 50 % salah satunya memakai gas LPG yang adalah energi import.


"Dari 15 % ini, 50 % ini gunakan LPG yang kita tidak punyai," katanya.


SKK Migas menarget Indonesia sanggup hasilkan satu barel minyak pada 2030, dengan mengaplikasikan lima faktor alih bentuk.


Postingan populer dari blog ini

authorities appointees as well as ex lover officio armed forces

A cricket tale as well as previous head of state languishing behind bars versus a single fugitive wanting to create a return as an effective armed forces maintains view.

once you’ve lost some weight and your cholesterol levels